PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengukuran merupakan
suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum
diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui
nilainya, misalnya dengan besaran standart.
Pekerjaan membandingkan
tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan
pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali
dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri
banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang
diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengukuran adalah :
1. Standart yang dipakai
harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
2. Tata cara pengukuran dan
alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
Pengetahuan yang harus
dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan diukur, bagaimana
mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur. Hal tersebut
harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.
1.2 Tujuan
Praktikum
A. Jangka Sorong
1. Dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong
2. Mengetahui kerusakan-kerusakan atau kelainan-kelainan
yang dapat terjadi pada alat ukur jangka sorong
3. Mengetahui alat ukur jangka sorong
B.
Mikrometer
1.
Dapat
melakukan pengukuran dengan micrometer
2.
Mengetahui
kerusakan-kerusakan yang bisa terjadi pada micrometer
3.
Mengetahui
cara-cara kalibrasi alat ukur / micrometer.
C. Bevel
protector dan Mistar Ingsut
1.
Mengenal
penggunaan alat ukur sudut / Bevel Protector.
2.
Mengenal
dan dapat menggunakan mistar ingsut ketinggian.
1.3 Metode
Praktikum
1.3.1 Waktu pelaksanaan praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 21 & 28 Desember 2016
Pukul : 15.00 – 18.00 WIB
1.3.2 Alat-alat
yang digunakan
A. Jangka
Sorong
1. Jangka sorong (nonius dan jam).
2. Alat ukur yang dikalibrasi.
3. Satu set blok ukur dan perlengkapannya.
4. Pisau lurus.
5. Meja rata.
B. Mikrometer
1.
Mikrometer
0-25 mm
2.
Micrometer
25-50 mm
3.
Alat
ukur yang dikalibrasi
4.
Dudukan
micrometer
5.
Blok
ukur
6.
Optical
flat
C. Bevel Protektor dan Mistar
Ingsut
1.
Benda
kerja.
2.
Bevel
Protector
3.
Mistar
ingsut ketinggian
4.
Meja
rata (surface plat)
1.4 Lokasi
Praktikum
Laboratorium
metrologi industri Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
1.5 Sistematika
Penulisan
Dalam
Penulisan laporan ini untuk mempermudah pemahaman pembaca, maka penulis membuat
sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini mengemukakan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode yang digunakan saat penelitian,
lokasi praktikum dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori
Mengemukakan
landasan teori yang menunjang penulisan antara lain :
1. Pengertian, Fungsi, Cara membaca/ cara mengukur,
dan cara merawat alat.
2. Penjelasan skala utama dan skala nonius.
3. Nama lain, tingkat ketelitian, dan bagian bagian
alatnya.
Bab III Tahapan Praktikum
Menjelaskan mengenai tahapan praktikum yang telah
dilaksanakan dengan prosedur sesuai teoritis.
Bab IV Data Dan Pembahasan.
Menjelaskan data hasil praktikum yang telah dilaksanakan sesuai prosedur dan
pembahasannya.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan
dengan analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya.
Daftar Pustaka
Memuat sumber materi yang sesuai dengan judul
praktikum.
Lampiran
Memuat gambar-gambar hasil dari praktikum yang telah
dilaksanakan dan pertanyaan-pertanyaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Pengenalan Jangka
Sorong
1.
Pengertian :
Jangka sorong ialah alat ukur yang
ketelitiannya hingga seperseratus milimeter. Terbagi menjadi dua bagian, bagian
diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada
keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Beberapa produk keluaran terbaru
telah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat
ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan
0.01 untuk yang di atas 30cm.
Gambar
1.1 Jangka sorong nonius
Gambar
1.2 Jangka sorong jam
2. Kegunaan/Fungsi :
· Dipakai untuk mengukur
suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
· Dipakai untuk mengukur
kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara tancapkan bagian
pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi
pemegang.
· Dipakai untuk mengukur
sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya)
dengan cara diulur.
3. Cara
Menggunakan/Mengukur :
a. Mengukur diameter dalam :
· Geser rahang jangka sorong
sedikit kekanan.
· Letakkan benda/gelas
yang akan diukur sehingga kedua rahang jangka sorong dapat masuk ke dalam
benda/gelas tersebut.
· Geser rahang kekanan
hingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding
dalam benda/gelas yang diukur.
b. Mengukur diameter luar
:
· Geser rahang jangka
sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang
(antara rahang geser dan rahang tetap).
· Taruh benda yang akan
diukur diantara kedua rahang.
· Geser rahang kekiri
sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.
c. Mengukur kedalaman :
· Taruh benda yang akan
diukur dalam posisi berdiri tegak. Contoh gelas.
· Putar jangka (posisi
tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
· Geser rahang jangka
kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar gelas.
· Catat hasil
pengukuran.
4. Tingkat Ketelitian :
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah
dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm =
0,005 cm.
5. Cara Membaca Skala
dan Hasil :
a. Perhatikan skala utama, lihat nilai yang
terukur yang lurus dengan angka nol di skala nonius. dapat menunjukkan posisi
berhimpit dengan garis pada skala utama bisa juga tidak. Jika tidak ambil nilai
skala utama yang terdekat di kirinya. Pada tahap ini anda harus hitung dahulu
baru mendapatkan ketelitian sampai 1 mm.
b. Amati Skala
nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan garis di skala
utama. Pengukuran ini memiliki ketelitian hingga 0,1 mm.
c. Lalu jumlahkan
Skala utama dengan Skala nonius.
6. Bagian-bagian :
a. Internal jaws (rahang dalam) adalah : bagian yang
fungsinya untuk mengukur dimensi bagian dalam.
b. External Jaws (rahang luar) merupakan bagian yang fungsinya
untuk mengukur dimensi luar.
c. Locking Screw
(baut pengunci) merupakan bagian yang fungsinya untuk pengunci rahang.
d. Imperial Scale merupakan Skala dalam satuan inci.
e. Metric Scale merupakan Skala dalam satuan milimeter.
f. Depth Measuring Blade merupakan Batang pengukur kedalaman.
7. Cara Kalibrasi :
a. Bersihkan jangka
sorong dari kotoran yang menempel.
b. Longgarkan baut pengunci jangka sorong.
c. Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit.
d. Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini :
b. Longgarkan baut pengunci jangka sorong.
c. Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit.
d. Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini :
· Strip Angka NOL (0)
awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka NOL (0) pada Skala Utama.
· Strip Angka NOL (0)
akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip pada Skala Utama.
e. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi,
maka lakukan hal berikut :
· Jika pembacaan
kalibrasi melebihi nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada Skala Geser
melewati Strip 0 pada Skala Utama, solusinya yaitu bersihkan kembali Jangka
Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang bergeser.
· Jika pembacaan
kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada Skala
Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah pembacaan
selisih pergeseran tersebut dengan mencari strip pada Skala Geser yang segaris
dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih pergeseran tersebut dengan
hitungan mundur. Yang artinya jika strip pada Skala Geser yang segaris dengan
strip pada Skala Utama menampilkan angka 0.85 mm, maka selisih pergeseran
tersebut adalah 0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama. Kemudian jika alat tersebut
dipakai untuk mengukur, maka hasil pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.
f. Alat ukur Jangka Sorong siap
untuk digunakan.
8. Nama Lain :
· SIGMAT,
· Vernier Kaliper.
9. Jenis-jenis :
· Jangka Sorong digital.
· Jangka Sorong analog.
10. Cara Merawat :
a. Tempatkan pada tempat semula setelah digunakan.
b. Hindarkan dari benturan keras atau kemungkinan terjatuh.
c. Ujung-ujung rahang ukur maupun sisi-sisi ukur harus
dipelihara atau dijaga jangan sampai
cacat.
d. Bersihkan debu atau kotoran sebelum dan sesudah pemakaian
dengan kain bersih dan halus.
e. Lumasi permukaan peluncur dan bagian lainnya dengan
sedikit minyak pelumas sesudah pemakaiannya.
f. Penyimpanan yang baik harus bebas dari sinar matahari
langsung dan kelembapan tinggi.
11. Skala Utama / Skala
Nonius :
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm,
yang artinya jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm.
Sedangkan sepuluh skala nonius mempunyai panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak
2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala
utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm.
Maka skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
2.1.2 Pengenalan Mikrometer
1.
Pengertian :
Micrometer Merupakan alat ukur
yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki
ketelitian 0.01 mm.
Gambar
1.3 mikrometer skala 0-25 mm dan 25-50 mm
2. Fungsi / Kegunaan :
Micrometer berfungsi
untuk mengukur diameter, ketebalan, dan panjang dari benda-benda yang kecil
seperti kawat, lempeng baja, almunium, dan sebagainya. Kegunaan utama
micrometer ialah untuk mengukur besaran panjang dengan presisi lebih.
3. Cara Menggunakan/Mengukur :
a. Buka
pengunci micrometer setelah itu buka celah antara spindle dan anvil sedikit
lebih besar dari benda yang
akan diukur caranya dengan putar rachet knob.
b. Masukkan
benda yang akan diukur diantara spindle dan anvil.
c. Gerakkan
spindle ke arah benda kerja caranya dengan putar rachet knob sampai terdengan
klik (jangan terlalu kuat, cukup sampai benda tidak jatuh).
d. Kunci
micrometer agar spindle tidak bergerak.
e. Keluarkan
benda dari mikrometer dan baca skalanya.
4. Tingkat Ketelitian :
Tingkat ketelitan micrometer yaitu
0,01 mm.
5. Cara Membaca Skala dan Hasil :
a.
Posisikan micrometer tegak lurus
terhadap arah pandangan.
b.
Baca skala utama pada micrometer (garis
bagian atas menunjukkan angka bulat dalam satuan
mm, sedangkan garis bawah menunjukkan bilangan setengah dalam satuan mm).
c.
Baca skala nonius yakni garis yang tepat
segaris dengan garis pembagi pada skala utama (50 bagian). Setelah itu hasilnya
kalikan dengan ketelitian dari mikrometer, hasilnya adalah skala nonius.
d.
Jumlahkan hasil pengukuran dari skala
utama dengan skala noniusnya. Jarak strip di atas garis pada outer sleeve yaitu
1 mm, dan jarak strip di bawah garis yaitu 0.05 mm, Sedangkan nilai satu strip
pada thimble adalah 0.01 mm. Nilai hasil ukur ialah jumlah pembacaan ketiga
skala tersebut.
6. Bagian-bagian :
· Poros
Tetap (Anvil)
· Poros
Geser (Spindle)
· Pengunci
(Lock Clamp)
· Rangka/bingkai
(Frame)
· Skala
utama (Sleeve)
· Skala
nonius (Thimble)
· Pemutar
· Rachet
7. Nama Lain :
Micrometer Caliper.
8. Jenis-jenis :
Micrometer Luar
berguna untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan
batang-batang. Micrometer dalam berguna untuk mengukur garis tengah pada lubang
suatu benda. Micrometer kedalaman berguna untuk mengukur kerendahan dari
langkah-langkah dan slot-slot.
9. Cara Merawat:
Setelah
digunakan, bersihkanlah permukaan pengukuran dan bagian-bagian lainnya, dan
gunakan bahan anti korosi. Jika tidak digunakan (sesudah pemakaian) Mikrometer
sebaiknya disimpan dalam sebuah peti kayu. Tempat penyimpanan sebaiknya bebas
dari getaran, sinar matahari langsung dan fluktuasi temperatur.
10. Skala utama / Skala nonius :
a. Skala
utama :
Skala micrometer sekrup ini tiap satuannya sama dengan 1 mm, ditengah-tengah angka skala tersebut ada angka tengahnya.
Skala micrometer sekrup ini tiap satuannya sama dengan 1 mm, ditengah-tengah angka skala tersebut ada angka tengahnya.
Angka
skala atas : 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
Angka
skala bawah : 0.5, 1.5, 2.5, dan seterusnya.
b. Skala
nonius :
Pada skala putar terdapat angka 1 sampai 5 (kelipatan 5). Tiap skala ini berputar mundur 1 kali maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 0,5/50 =0,01 mm.
Pada skala putar terdapat angka 1 sampai 5 (kelipatan 5). Tiap skala ini berputar mundur 1 kali maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 0,5/50 =0,01 mm.
2.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Bevel Protractor
Bevel
Protractor atau Alat Ukur Busur Bilah. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur
besaran-besaran sudut pada benda kerja dan untuk membantu pekerjaan melukis dan
menandai. Protractor dibuat dengan beberapa bentuk, sesuai dengan jenis
kegunaannya dan tingkat ketelitiannya. Batas ukur dari protractor adalah dari 0
derajat sampai 180 derajat.
Gambar 1.4 Bevel
protektor
2. Bagian-bagian
Busur Bilah
Bagian – bagian utama pada busur bilah adalah
sebagai beriukut :
a. Badan
atau piringan dasar
Berupa lingkarang penuh
dengan diameter sekitar 55 mm. Permukaan bawah piringan dasar ini rata,
sehingga busur bilah dapat diletakan pada meja rata dengan baik tak bergoyang.
Pada tepi permukaan atas terdapat skala dengan pembagian dalam derajat dan
diberi nomor dari 00 – 900 – 00 – 900 (skala kiri dan kanan),
b. Pelat
dasar
Menyatu dengan piringan
dasar. Panjang, lebar dan tebal pelat dasar sekitar 90 x 15 x 7 mm. Sisi kerja
pelat dasar dibuat rata dan lurus, dengan toleransi kerataan 0.01 mm untuk
sepanjang sisi kerja.
c. Piringan
indeks
Mempunyai titik pusat
putaran berimpit dengan pusat piringan dasar. Pada piringan ini tercantum garis
indeks dan skala nonius sudut (skala nonius kiri dan kanan), biasanya dengan
kecermatan sampai 5 menit. Kadang dilengkapi dengan pemutar halus atau cermat.
d. Bilah utama
Dapat diatur kedudukannya
dengan kunci yang terletak pada piringan indeks. Panjang, lebar dan tebal dari
bilah utama, sekitar 150/300 x 13 x 2 mm, dan kedua ujungnya dibuat menyudut
masing – masing sebesar 450 dan 600. Kedua tepi dibuat lurus dengan toleransi
kerataan sebesar 0.02 sampai 0.03 mm untuk seluruh panjangnya
3. Kapasitas
ukur dan ketelitian
Alat ukur merupakan pegembangan dari busur
derajat(protactor) dengan dua bilah lengan (balade) yang dapat berputar. Alat
ini serring digunakan pada pekerjaan manufaktur, khususnya untuk mengukur sudut
dengan ketelitaian hingga 5 menit.
1 divisi skala utama = 1
1 divisi skala nonius = 5’
menit =5’ (menit)
4.
Cara
Pembacaan Alat Ukur Busur Bilah (Bevel Protractor)
Prinsip
pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan
prinsip pembacaan mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat
sedangkan skala nonius dalam menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan
skala nonius harus searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi, harus
dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap
garis skala utama.
Sebagai contoh
lihat Gambar 3.4. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut
sebesar 50° 55’ (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala
nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50
dan 51. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan
ini dapat kita baca besarnya dengan
melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama.
Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala nonius. Ini berarti
kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah kiri
garis nol: 11 x 5 menit = 55
menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50
derajat ditambah 55 menit = 56 derajat 55 menit
(50° 55’).
Gambar
1.5 Mistar Ingsut Ketinggian
BAB III
TAHAPAN PRAKTIKUM
3.1
Skema Proses
3.1.1
Jangka Sorong
1.
Persiapan alat ukur
2.
Pengukuran Jangka Sorong Nonius
3.
Pengukuran jangka Sorong Jam
4.
Kalibrasi alat ukur dengan pisau lurus
5.
Kalibrasi alat ukur dengan Blok Ukur
3.1.2
Mikrometer
1. Menghitung diameter maksimum dan minimum menurut toleransinya.
2. Melakukan pengukuran diameter poros ( a s/d i)
3.
Mengkalibrasi
micrometer.
3.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Pengukuran sudut menggunakan Bevel Protektor
2. Pengukuran krtinggian menggunakan mistar ingsut
ketinggian (height gauge).
3.2 Penjelasan Skema Proses
3.1.1.
Jangka Sorong
1. Pengukuran
Melakukan pengukuran pada benda ukur seperti pada
gambar 1.1, dengan menggunakan :
-
Jangka
sorong nonius.
-
Jangka
sorong jam.
Menulis data hasil pengukuran kedalam table 1.1
2. Kalibrasi
A. Pemeriksaan
kelurusan sensor.
Pemeriksaan
kelurusan sensor dilakukan dengan menggunakan pisau lurus (starigtht knife). Menempelkan pisau lurus pada sensor ukur dengan
latar belakang yang terang. Mengamati kerusakan dengan melihat celah yang ada
antara pisau lurus dan sensor ukur. Menggambar hasil pengamatan pada table 2.2
B. skala
Memeriksa kebenaran utama
Sebelum
melakukan kalibrasi terlebih dahulu mengisi kolom toleransi dari blok ukur.
Blok ukur yang digunakan adalah dari kelas ……… Dengan toleransi ….
Memeriksa kebenaran skala utama dengan menggunakan
blok ukur dan mencatat penyimpangannya. Kalibrasi ini dilakukan untuk semua
sensor ukur yang ada pada mistar ingsut tersebut (melihat gambar 1.2)
a.
Mengkalibrasi
sensor ukur luar (o), dengan menggunakan blok ukur standar.
b.
Mengkalibrasi
sensor ukur dalam (i), dengan blok ukur standar yang dilengkapi dengan pemegang
blok ukur.
c.
Mengkalibrasi
(d), dengan blok ukur diatas meja rata.
Mengisikan hasil kalibrasi pada table 1.3 dan memplot
grafik kesalahannya pada grafik kesalahan.
3.1.2.
Mikrometer
1. Menghitung
diameter maksimum dan minimum menurut toleransinya, kemudian memasukkannya
kedalam kolom yang tersedia.
Pada
saat pengukuran menggunakan micrometer pada benda kerja, alat dipegang dan
digunakan sesuai caranya dengan baik agar hasil yang didapat menunjukan angka
wajar. Pada posisi a, b, c, d, h dan i menggunakan micrometer 0-25 mm. dan pada
posisi e, f, dan g menggunakan micrometer 25-50 mm.
2. Melakukan
pengukuran diameter poros ( s/d i) memberi tanda silang pada posisi 1 dan 2
bila hasil pengukuran keluar dari daerah toleransi
3. Mengkalibrasi
micrometer :
a.
Memeriksa
kedudukan nol dari micrometer. Merapatkan sensor micrometer sampai jam ukur
menunjukan nol. Melihat skala ukur, apabila skala micrometer tidak menunjukan
angka nol lalu melakukan penyetelan dengan memutar silinder skala.
b.
Memeriksa
kedataran kedua permukaan sensor (mulut ukur). Menempelkan optical flat pada
mulut ukur ( berhati-hati dalam pemakaian optical flat agar tidak sampai
permukaannya tergores). Mendekatkan pada sumber cahaya monokromatis. Menghitung
jumlah garis-garis interferensi menandakan ketidak dataran dari mulut ukur. Pemeriksaan
ini dilakuan untuk kedua mulut ukur (landasan tetap dan landasan gerak).
c.
Memeriksa
kesejajaran mulut ukur Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan 4 buah optical
flat dengan ukuran 12,00 mm s/d 12,37 mm. Menyelipkan optikal flat diantara
kedua sensor secara perlahan (agart tidak tergores permukaan optical flat).
d.
Memeriksa
kebenaran skala micrometer dengan bantuan blok ukur. Untuk memeriksa kebenaran
skala micrometer ini seharusnya kalibrasi dilakukan bagi sepanjang apasitas
ukur dari mirometer. Dalam praktikum ini hanya melakukannya antara skala 10,00
mm s/d 20,00 mm (atau ditentukan oleh asisten, sepanjang 10 mm). memasang
mkrometer pada dudukannya, atau blok ukur sesuai dengan ketinggian yang diminta
(kenaikan 1 mm). mengukur tebal dari benda ukur secara berurutan.
3.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
Saat pengukuran sudut menggunakan Bevel Protector,
apabila objek di ukur dari arah kiri maka 90 derajat setelahnya bertambah 10
derajat. Apabila diukur dari kanan maka deajatnyapun bertambah dihitung dari
kanan. Menit yang dihitung dari nol, segaris berjumlah 5 menit. Berlaku dari
arah kanan maupun kiri. Pada saat pengukuran ketinggian menggunakan mistar
ingsut ketinggian dengan skala 0.02, objek diukur sesuai dimensinya dan pada
posisi yang berbeda.
1. Pengukuran sudut.
Mengukur sudut a,b,c dan d dengan menggunakan bevel
protector. Menjumlahkan ke empat harga sudut yang terukur kemudian membandikan
dengan harga teoritis (360˚).
2. Pengukuran
ketinggian.
a.
Untuk
melatih penggunaan mistar ingsut ketinggian, mengukur dimensi a sepuluh kali
pada tempat yang berbeda. Kemudian menghitung harga rata-rata dan standar
deviasinya.
b.
Mengukur
dimensi a,b,c,d,e dan f pada dua sisi yang berbeda. Memeriksa kecermatan
pengukkuran yang dilakukan dengan cara membandingkan harga a dengan (d+e).
apakah kesalahannya tidak meleihi dua kali harga deviasi standar yang dihitung
datas.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Praktikum
4.1.2
Jangka Sorong
Gambar 1.6 Benda
kerja
Objek ukur
|
Pengamat B
|
||
J.S Nonius
|
J.S Jam
|
||
Diameter
|
D1
|
7.30
|
10.23
|
D2
|
7.40
|
10.15
|
|
Panjang
|
L1
|
57.50
|
59.75
|
L2
|
47.50
|
49.70
|
|
L3
|
57.54
|
59.90
|
|
A
|
17.80
|
19.95
|
|
B
|
17.82
|
19.92
|
|
Lebar
|
B1
|
54.68
|
57.26
|
B2
|
54.60
|
57.35
|
|
E
|
20.30
|
23.90
|
|
F
|
20.04
|
24.15
|
Tabel 1.1 Hasil
Pengukuran Jangka sorong
Gambar 1.7 Benda kerja 2
Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Objek ukur
|
Pengamat B
|
||
J.S Nonius
|
J.S Jam
|
||
Diameter
|
D
|
20
|
20.10
|
Panjang
|
B1
|
60.24
|
60.37
|
B3
|
59.72
|
60.68
|
|
A
|
12.70
|
12.60
|
|
B
|
27.12
|
27.30
|
|
L2
|
59.82
|
59.85
|
|
Lebar
|
L1
|
44.84
|
44.70
|
L3
|
44.70
|
44.68
|
|
E
|
16.88
|
16.88
|
|
F
|
8.10
|
7.98
|
|
B2
|
44.80
|
44.76
|
Gambar 1.8 Bagian-bagian Mistar ingsut yang diukur
Gambar 1.9 Cara memeriksa kelurusan sensor
Tabel 1.2 Kalibrasi Dengan pisau ukur
Sisi Ukur
|
Pengamat B
|
L
|
Lurus
|
R
|
Lurus
|
Tabel 1.3 Hasil Kalibrasi Dengan Blok Ukur
Tinggi Blok
Ukur (mm)
|
Toleransi Mistar Ingsut (µm)
|
Hasil
Pengukuran
|
||
Pengamat B
|
||||
i
|
o
|
d
|
||
0
|
0
|
0
|
0
|
|
5
|
5
|
4.86
|
5
|
4.10
|
10
|
10
|
9.72
|
10
|
10
|
15
|
15
|
14.84
|
15
|
14.20
|
20
|
20
|
19.90
|
20
|
20
|
25
|
25
|
24.30
|
25
|
25.42
|
Gambar 2.1 Grafik Kesalahan Skala Utama mistar Ingsut
4.1.2 Mikrometer
Gambar 2.2
Penggunaan Mikrometer
Tabel 2.1 Penggunaan Mikrometer
Diameter
|
Toleransi
|
Pengamat B
|
||
Maks
|
Min
|
Posisi l
|
Posisi ll
|
|
a
|
0
|
0
|
15.354
|
15.435
|
b
|
0
|
0
|
15496
|
16.001
|
c
|
0
|
0
|
24.346
|
24.373
|
d
|
0
|
0
|
24.345
|
24.347
|
e
|
0
|
0
|
43.453
|
43.464
|
f
|
0
|
0
|
43.422
|
43.428
|
g
|
0
|
0
|
43.453
|
43.433
|
h
|
0
|
0
|
23.280
|
23.261
|
i
|
0
|
0
|
23.248
|
23.272
|
Gambar 2.3
Penggunaan mikrometer 2
Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Mikrometer
Diameter
|
Toleransi
|
Pemngamat B
|
||
Maks
|
Min
|
Posisi I
|
Posisi II
|
|
a
|
0
|
0
|
20.085
|
20.236
|
b
|
0
|
0
|
20.246
|
20.278
|
c
|
0
|
0
|
30.421
|
30.004
|
e
|
0
|
0
|
30.001
|
30.382
|
f
|
0
|
0
|
18.338
|
18.208
|
g
|
0
|
0
|
18.237
|
18.222
|
h
|
0
|
0
|
12.418
|
12.112
|
i
|
0
|
0
|
12.388
|
12.408
|
j
|
0
|
0
|
23.457
|
23.159
|
k
|
0
|
0
|
23.426
|
23.056
|
l
|
0
|
0
|
29.214
|
29.257
|
m
|
0
|
0
|
29.064
|
29.195
|
n
|
0
|
0
|
18.496
|
18.023
|
o
|
0
|
0
|
18.452
|
18.486
|
Tabel 2.2 Kalibrasi Mikrometer
Object
|
Hasil Pengukuran Pengamat B
|
|||
Kedudukan nol
|
||||
Kedataran mulut ukur
|
Sensor tetap
|
6 x 0.32
Harga = 1.92 (µm)
|
||
Sensor gerak
|
4 x 0.32
Harga = 1.28 (µm)
|
|||
Kesejajaran mulut ukur
|
Ukuran optical flat
|
Jumlah garis interferensi
|
Ketidak sejajaran (µm)
|
|
Landasan tetap
|
Landasan gerak
|
|||
25.00
|
4x0.32=1.28
|
3x0.32=0.96
|
1.28-0.96=0.32
|
|
25.12
|
5x0.32=1.6
|
4x0.32=1.28
|
1.6-1.28=0.32
|
|
25.25
|
4x0.32=0.96
|
4x0.32=1.28
|
1.28-1.28=0
|
|
25.37
|
5x0.32=1.6
|
5x0.32=1.6
|
1.6-1.6=0
|
Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Kebenaran Skala Utama
Mikrometer
No.
|
Ukuran Blok
|
Blok Ukur
|
Kesalahan
|
1
|
50
|
50.437
|
0.437
|
2
|
28
|
28.408
|
0.408
|
3
|
18
|
18.377
|
0.377
|
4
|
9
|
9.394
|
0.394
|
5
|
11
|
11.417
|
0.417
|
6
|
7.40
|
7.319
|
0.081
|
7
|
21.20
|
33.415
|
0.015
|
8
|
33
|
25.138
|
0.415
|
9
|
25.20
|
21.185
|
0.062
|
10
|
14
|
14.390
|
0.390
|
Gambar
2.4 Grafik Kesalahan Kisar
komulatif
Catatan : Sumbu x, posisi blok ukur
Sumbu y, penyimpangan (µm)
4.1.3 Bevel Protektor dan Mistar
Ingsut
Gambar 2.5 Benda
Kerja Pengukuran Sudut
Tabel 3.1 Hasil
Pengukuran Sudut
Objek Ukur
|
Pengamat B
|
Nonius
|
|
Sudut : a.
b.
c.
d.
|
70⁰25’
|
79⁰25’
|
|
101⁰5’
|
|
110⁰20’
|
|
Jumlah
|
361⁰15’
|
Teoritis
|
360⁰
|
Kesalahan
|
1⁰15’
|
Sudut
|
4
|
E = 180 – (a+b)
|
31⁰50’
|
E = (d+c) - 180
|
31⁰25’
|
Selisih
|
0⁰25’
|
Gambar 2.6 Benda
Kerja Pengukuran Sudut 2
Tabel 3.2 Hasil
Pengukuran Sudut (Bevel Protector)
Objek Ukur
|
Pengamat B
|
Nonius
|
|
Sudut : a.
b.
c.
d.
e.
f.
|
121⁰15’
|
75⁰30’
|
|
103⁰25’
|
|
62⁰45’
|
|
143⁰0’
|
|
34⁰40’
|
|
Jumlah
|
362⁰55’
|
Teoritis
|
360⁰
|
Kesalahan
|
2⁰55’
|
Sudut
|
4
|
E = 180 – (a+b)
|
17⁰25’
|
E = (d+c) - 180
|
13⁰05’
|
Selisih
|
4⁰20’
|
Gambar 2.7 Benda
Kerja Pengukuran Ketinggian
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Ketinggian
Pengukuran
Ketinggian (dimensi)
|
Pengamat B
|
|
Ketelitian
mampu ulang Dimensi a diukur 10 kali
|
57.00
|
56.00
|
56.62
|
56.30
|
|
56.56
|
56.68
|
|
56.58
|
56.72
|
|
56.48
|
56.82
|
|
Rata - rata
|
56.576
|
|
Deviasi
standar
|
0.276
|
|
posisi 1
|
posisi 2
|
|
a
|
57.00
|
56.52
|
b
|
74.62
|
75.74
|
c
|
32.66
|
32.72
|
d
|
23.64
|
23.44
|
e
|
33.36
|
33.08
|
f
|
10.46
|
10.50
|
d+e
|
57.00
|
56.52
|
a-d+e
|
0
|
0
|
Gambar 2.8 Benda kerja pengukuran ketinggian 2
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Keinggian (high gauge)
Pengukuran
Ketinggian (dimensi)
|
Pengamat B
|
|
Ketelitian
mampu ulang Dimensi a diukur 10 kali
|
85.12
|
85.18
|
85.20
|
85.16
|
|
85.22
|
85.38
|
|
85.20
|
85.16
|
|
85.10
|
85.08
|
|
Rata - rata
|
85.18
|
|
Deviasi
standar
|
0.0837
|
|
posisi 1
|
posisi 2
|
|
a
|
85.10
|
85.14
|
b
|
55.00
|
53.70
|
c
|
69.02
|
69.22
|
d
|
15.90
|
15.78
|
e
|
26.90
|
26.70
|
f
|
13.30
|
14.44
|
g
|
24.60
|
24.68
|
h
|
21.70
|
21.60
|
i
|
20.80
|
20.40
|
j
|
16.28
|
16.50
|
d+e
|
42.08
|
42.28
|
a-d+e
|
96.1
|
96.06
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Jangka Sorong
Dari data di atas
dapat di ketahui bahwa setiap orang dalam proses mengukur memiliki kemampuan
yang berbeda. Bisa di lihat dari grafik yang terbentuk. Hasil tersebut
merupakan hasil dari pengukuran dari benda yang sama alat yang sama juga tetapi
masih ada kesalahan yang cukup besar. Perbedaan tersebut bisa terjadi akibat
pengukur sendiri. Perbedaan hasil tersebut juga bisa terjadi karena lampu
penerangan kurang terang menyala, sehingga mengganggu terhadap pembacaan skala.
Perbedaan
yang terjadi setiap alat ukur, itu di karenakan ketelitian jangka sorong yang
berbeda-beda. Pada jam ukur ketelitian 0,05 mm sedangkan pada skala nonius
ketelitian mencapai 0,02 mm sehingga
kemungkinan hasil untuk perbedaan sangat tinggi. Pengukuran mendapatkan hasil
yang berbeda juga bisa di sebabkan karena alat ukur sudah aus dan sudah tidak
layak di gunakan.
Pengukuran
berbeda juga bisa berpengaruh karena saat menekan menggunakan rahang bawah
terlalu menekan sehingga hasilnya kurang maksimal. Bisa jadi saat pengukuran
tekanan terlalu tinggi maka rahang jangka sorong akan bengkok dan aus.
Penyimpangan = Kesalahan Maksimum – Kesalahan Minimum
= 0 – 0
= 0
Toleransi Mistar Ingsut yang dianjurkan (DIN 862)
·
Kecermatan
1/10 mm = 75 + I/20 (µm)
·
Kecermatan 1/20 mm = 50 + I/20 (µm)
·
Kecermatan 1/50 mm = 20 + I/20 (µm)
Dimana I = kapasitas Mistar Ingsut.
Toleransi Mistar Ingsut yang dipakai = 0.02 µm
4.2.1 Mikrometer
Pada saat penghitungan diameter benda dengan alat ukur
micrometer, hasil yang didapat pada posisi 1 dengan posisi 2 sedikit berbeda.
Hal ini dipengaruhi oleh penguncian micrometer saat pengukuran sangat
berlebihan sehingga penekanan dalam pengukuran sedikit tergelincir.
Pengkalibrasian alat ukur menggunakan optical Flat
sangatlah efektif, karena hasil yang didapat menunjukan garis pelangi warna
merah. Pada sensor tetap menghasilkan 6 garis dan pada sensor gerak
menghasilkan 4 garis. Setelah mendapatkan angka dari banyaknya garis yang
muncul maka dikalikan dengan 0.32 untuk mendapatkan harga pada kedataran mulut
ukur.
Pada hasil pengamatan yang
dilakukan, setelah melakukan kebenaran alat ukur hasilnya berbeda. Kesalahan
yang dihasilkan hanya sedikit saja. Hal ini bisa dilihat dari grafik kesalahan
kisar komulatif.
Pada hasil kalibrasi alat ukur, pada sensor
muncul garis berwarna merah kemudian
dikali 0.32. 0.32 ini dapat di ketahui dari rumus sebagai berikut :
P= .n →
Pada
grafik kesalahan kisar komulatif makan dapat dihasilkan :
Kesalahan total dari Mikrometer untuk range 7.40 s/d
50 mm
adalah (219.48
– 216.8) = 2.68 (µm)
4.2.1 Bevel Protector dan
Mistar Ingsut ketinggian
1. Bevel Protector
E1 = 180-(a+b)
= 180-(70⁰25’+79⁰25’)
= 31⁰50’
E2 = (d+c)-180
= (110⁰20’+101⁰05’)
= 31⁰25’
Jumlah
kesalahan dari pengukuran benda kerja 1 adalah 1⁰15’. Hal ini adanya kemungkinan dari pengamat yang
kurang teliti saat mengukur, sehingga selisih yang didapat dari pengukuran
benda 1 adalah 0⁰25’.
E1 = (a+b)-180
= (121⁰15’+75⁰30’)-180
= 17⁰25’
E2 = (d+c)-180
= (62⁰45’+103⁰25’)
= 13⁰05’
Sedangkan
kesalahan pada benda kerja 2 adalah 2⁰55’. Hal ini adanya kemungkinan dari pengamat yang
kurang teliti saat mengukur, sehingga selisih yang didapat dari pengukuran
benda 2 adalah 4⁰20’.
2. Mistar ingsut ketinggian
A. Pehitungan pada benda kerja
1
Rata rata (ẍ )=
=
= = 56.576
Kuadrat
=
=
Varian =
=
=
= 0.07693
Deviasi Standar
=
= 0.276
B.
Pehitungan pada benda kerja 2
Rata rata (ẍ )=
=
= = 85.18
Kuadrat =
=
Varian =
=
=
= 0.007022
Deviasi Standar =
= 0.0837
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil
dari praktikum yang di laksanakan adalah sebagai berikut:
A.
Jangka Sorong
1. Melalui
praktikum Kalibrasi dan penggunaan Mistar Ingsut, mahasiswa dapat memahami cara
penggunaan mistar ingsut jenis nonius,
jam ukur dan mistar ingsut digital.
2. Pengkalibrasian
Mistar ingsut sangat mudah di lakukan, kecuali pengkalibrasian Mistar ingsut
jenis nonius.
B. Mikrometer
Kesimpulan yang
dapat di ambil dari praktikum Penggunaan dan kalibrasi mikrometer adalah
sebagai berikut:
1. Penggunaan mikrometer sangatlah dibutuhkan dalam dunia Industri karena
untuk mendapatkan ukuran yang mempunyai ketelitian sebesar 0,01 mm. Sayangnya
pengukuran menggunakan micrometer terbatas ukuran yang mampu di ukur
menggunakan alat ini antara 0-25 mm, 25-50 mm, dan 50-75 mm. Hanya bisa
melakukan pengukuran dengan benda yang berukuran kecil. Hasil pengukuran Benda
yang sama pada titik tertentu bisa menghasilkan hasil yang berbeda jika
dilakukan oleh dua orang yang berbeda.
2.
Pengkalibrasian
mikrometer berguna untuk membuat benda memiliki ketelitian yang tinggi. Karena
dalam dunia pemesinan ketelitian yang tinggi sangat di perlukan.
C.
Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Bevel Protractor (busur derajat) adalah sebuah alat yang
bisa digunakan untuk mengukur dan membentuk sudut. Protractor sederhana
biasanya berupa cakram separuh dan alat ini sudah digunakan sejak ribuan tahun
yang lalu dalam ilmu geometri
2. Mistar Ingsut Ketinggian(height gauge)
Kegunaan :
Digunakan
sebagai pengukur ketinggian, mistar ini juga sering disebut mistar ingsut
ketinggian atau kaliber tinggi.
5.2
Saran
Dari praktikum yang
telah dilaksanankan penulis memberikan saran sebagai berikut:
A. Jangka Sorong
1.
Sebelum melakukan praktikum sehendaknya
dipastikan alat yang akan di gunakan dalam kondisi baik atau tidak.
2.
Ketelitian sebuah mistar ingsut yang akan
di gunakan harus dilihat dan di pahami maksud dari ketelitian alat tersebut.
Dalam proses praktikum seharusnya mengikuti prosedur yang ada.
B. Mikrometer
Saran yang dapat diberikan untuk
praktikum penggunaan dan kalibrasi mikrometer
adalah sebagai berikut:
1.
Pengukuran harus
dilakukan lebih cepat, karena pengukuran yang dilakukan memakan waktu yang
lama.
2.
Pengukuran
seharusnya dilakukan pada benda yang berdiameter kecil, sehingga lebih efektif
waktu.
Pencataan hasil
pengukuran seharusnya dilakukan orang yang berbeda agar hasil pengukuran yang
di catat tidak terjadi kesalahan
C. Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
Pada saat praktikum
menggunakan alat mistar ingsut ketinggian, pada bahan yang diteliti tidak
sejajar karena pemotongan dan pembuatan bahan tersebut kurang teliti. Hal ini
membuat praktikan kesulitan untuk menentukan posisi awal untuk mengukur benda
tersebut. Untuk selanjutnya, praktikan meminta agar hal ini tidak terjadi
kembali dimasa mendatang, dimana mahasiswa baru akan melaksanakan praktikum
juga.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://alatukur.web.id/jangka-sorong-pengertian-dan-cara-kerjanya/ diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 19:53
3. http://faishal-mukhlish.blogspot.co.id/2014/06/alat-ukur.html diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 20:40
4. http://www.slideshare.net/haryanto_dian/laporan-akhir-metrologi-industri-unri-dian-haryanto-1407123394 diakses pada tangal 24 Desember 2016 pukul 2019 WIB
5. http://alatukur.web.id/micrometer-pengertian-dan-cara-menggunakannya/ diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 19:44 WIB
6.https://www.academia.edu/12518672/Laporan_Akhir_Metrologi_Industri_2014_2015 Diakses pada tanggal 01 Januari 2017 pukul 17:29 WIB
7. http://ilmuteknik.com/teknik-mesin/bevel-protractor.html/
diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 20:26
9. http://webdiverg3.blogspot.co.id/2012/03/jenis-jenis-alat-ukur.html diakses pada tanggal 01 Januari 2017 pukul 20:43 WIB
LAMPIRAN
Pertanyaan :
1. Adakah perbedaan
antara hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong nonius dengan hasil
pengukuran menggunakan jangka sorong jam/jelaskan ?
Jawab:
Pada saat pengukuran nonius dan
jam itu ada perbedaan dikarenakan skala ketelitian yang berbeda
2. Apakah A +
D2+B=L2 Dan E+D2+F= B2
17.80+7.40+17.82= 43.02 Dan 20.30+7.40+20.04=47.74
Jawab : Ada
perbedaan dari hasil pejumlahannya dikarenakan
ketidak rataan benda kerja, penempatan alat ukur kurang tepat, dan kesalahan dalam pengukuran (human
error)
3. (Kalibrsi jangka
sorong ) apakah pengaruh ketidak lurusan batang utama pada hasil pengukuran ?
Jelaskan
Jawaban : pengaruh
ketidak lurusan batang utama sangat berpengaruh karena ketelitian dan
kecermatan menjadi berubah.
Foto-foto saat Praktikum
Pengukuran dengan jangka sorong jam Pengukuran dengan jangka sorong nonius
Objek yang
diteliti jangka sorong nonius dan jangka sorong jam
Pengukuran menggunakan micrometer
mengkalibrasi alat ukur dengan optical flat
Alat Alat Ukur Mikrometer 0-25 mm dan 25-50 mm
Pengukuran menggunakan mistar ingsut ketinggian
Pengukuran sedut
menggunakan Bevel protector
ConversionConversion EmoticonEmoticon