Makalah Metrologi industri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart.
Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah :
1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
     2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.
Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur. Hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.

1.2  Tujuan Praktikum
A. Jangka Sorong
1.      Dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong
2.      Mengetahui kerusakan-kerusakan atau kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada alat ukur jangka sorong
3.      Mengetahui alat ukur jangka sorong
B. Mikrometer
1.      Dapat melakukan pengukuran dengan micrometer
2.      Mengetahui kerusakan-kerusakan yang bisa terjadi pada micrometer
3.      Mengetahui cara-cara kalibrasi alat ukur / micrometer.

C. Bevel protector dan Mistar Ingsut
1.      Mengenal penggunaan alat ukur sudut / Bevel Protector.
2.      Mengenal dan dapat menggunakan mistar ingsut ketinggian.

1.3  Metode Praktikum
1.3.1 Waktu pelaksanaan praktikum
Hari                 : Rabu
          Tanggal           : 21 & 28 Desember 2016
        Pukul               : 15.00 – 18.00 WIB

1.3.2 Alat-alat yang digunakan
A. Jangka Sorong
1. Jangka sorong (nonius dan jam).
2. Alat ukur yang dikalibrasi.
3. Satu set blok ukur dan perlengkapannya.
4. Pisau lurus.
5. Meja rata.
B. Mikrometer
1.      Mikrometer 0-25 mm
2.      Micrometer 25-50 mm
3.      Alat ukur yang dikalibrasi
4.      Dudukan micrometer
5.      Blok ukur
6.      Optical flat
C. Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1.      Benda kerja.
2.      Bevel Protector
3.      Mistar ingsut ketinggian
4.      Meja rata (surface plat)
1.4  Lokasi Praktikum
Laboratorium metrologi industri Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi

1.5  Sistematika Penulisan
Dalam Penulisan laporan ini untuk mempermudah pemahaman pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini mengemukakan latar belakang masalah, tujuan  penulisan, metode yang digunakan saat penelitian, lokasi praktikum dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan teori
Mengemukakan landasan teori yang menunjang penulisan antara lain :
1. Pengertian, Fungsi, Cara membaca/ cara mengukur, dan cara merawat alat.
2. Penjelasan skala utama dan skala nonius.
3. Nama lain, tingkat ketelitian, dan bagian bagian alatnya.
Bab III Tahapan Praktikum
Menjelaskan mengenai tahapan praktikum yang telah dilaksanakan dengan prosedur sesuai teoritis.
Bab IV Data Dan Pembahasan.
Menjelaskan data hasil praktikum yang  telah dilaksanakan sesuai prosedur dan pembahasannya.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
Daftar Pustaka
Memuat sumber materi yang sesuai dengan judul praktikum.
Lampiran
Memuat gambar-gambar hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan dan pertanyaan-pertanyaan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar
2.1.1 Pengenalan Jangka Sorong
1. Pengertian :
Jangka sorong ialah alat ukur yang ketelitiannya hingga seperseratus milimeter. Terbagi menjadi dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Beberapa produk keluaran terbaru telah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.
Image result for jangka sorong nonius
Gambar 1.1 Jangka sorong nonius
Gambar 1.2 Jangka sorong jam

2. Kegunaan/Fungsi :
·       Dipakai untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
·       Dipakai untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara tancapkan bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
·       Dipakai untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
3. Cara Menggunakan/Mengukur :
 a. Mengukur diameter dalam :
·  Geser rahang jangka sorong sedikit kekanan.
·  Letakkan benda/gelas yang akan diukur sehingga kedua rahang jangka sorong dapat masuk ke dalam benda/gelas tersebut.
·  Geser rahang kekanan hingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/gelas yang diukur.
b. Mengukur diameter luar :
·  Geser rahang jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
·  Taruh benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
·  Geser rahang kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.
c. Mengukur kedalaman :
·  Taruh benda yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak. Contoh gelas.
·  Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke      permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
·  Geser rahang jangka kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar gelas.
·  Catat hasil pengukuran.
4. Tingkat Ketelitian :
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm.
5. Cara Membaca Skala dan Hasil :
a. Perhatikan skala utama, lihat nilai yang terukur yang lurus dengan angka nol di skala nonius. dapat menunjukkan posisi berhimpit dengan garis pada skala utama bisa juga tidak. Jika tidak ambil nilai skala utama yang terdekat di kirinya. Pada tahap ini anda harus hitung dahulu baru mendapatkan ketelitian sampai 1 mm.
b. Amati Skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan garis di skala utama. Pengukuran ini memiliki ketelitian hingga 0,1 mm.
c. Lalu jumlahkan Skala utama dengan Skala nonius.
6. Bagian-bagian :
a. Internal jaws (rahang dalam) adalah : bagian yang fungsinya untuk mengukur dimensi bagian dalam.
b. External Jaws (rahang luar) merupakan bagian yang fungsinya untuk mengukur dimensi luar.
c. Locking Screw (baut pengunci) merupakan bagian yang fungsinya untuk pengunci rahang.
d. Imperial Scale merupakan Skala dalam satuan inci.
e. Metric Scale merupakan Skala dalam satuan milimeter.
f. Depth Measuring Blade merupakan Batang pengukur kedalaman.
7. Cara Kalibrasi :
a. Bersihkan jangka sorong dari kotoran yang menempel.
b. Longgarkan baut pengunci jangka sorong.
c. Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit.
d. Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini :
·  Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka NOL (0) pada Skala Utama.
·  Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip pada Skala Utama.
e. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka lakukan hal berikut :
·  Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada Skala Geser melewati Strip 0 pada Skala Utama, solusinya yaitu bersihkan kembali Jangka Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang bergeser.
·  Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, yang artinya Strip 0 awal pada Skala Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka lakukanlah pembacaan selisih pergeseran tersebut dengan mencari strip pada Skala Geser yang segaris dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih pergeseran tersebut dengan hitungan mundur. Yang artinya jika strip pada Skala Geser yang segaris dengan strip pada Skala Utama menampilkan angka 0.85 mm, maka selisih pergeseran tersebut adalah 0.15 mm dari Nilai 0 Skala Utama. Kemudian jika alat tersebut dipakai untuk mengukur, maka hasil pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.
f. Alat ukur Jangka Sorong siap untuk digunakan.
8. Nama Lain :
·  SIGMAT,
·  Vernier Kaliper.
9. Jenis-jenis :
·  Jangka Sorong digital.
·  Jangka Sorong analog.
10. Cara Merawat :
a. Tempatkan pada tempat semula setelah digunakan.
b. Hindarkan dari benturan keras atau kemungkinan terjatuh.
c. Ujung-ujung rahang ukur maupun sisi-sisi ukur harus dipelihara atau dijaga jangan  sampai cacat.
d. Bersihkan debu atau kotoran sebelum dan sesudah pemakaian dengan kain bersih dan halus.
e. Lumasi permukaan peluncur dan bagian lainnya dengan sedikit minyak pelumas sesudah pemakaiannya.
f. Penyimpanan yang baik harus bebas dari sinar matahari langsung dan kelembapan tinggi.
 11. Skala Utama / Skala Nonius :
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, yang artinya jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius mempunyai panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Maka skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
2.1.2 Pengenalan Mikrometer
1. Pengertian :
Micrometer Merupakan alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm.
Gambar 1.3 mikrometer skala 0-25 mm dan 25-50 mm
2. Fungsi / Kegunaan :
Micrometer berfungsi untuk mengukur diameter, ketebalan, dan panjang dari benda-benda yang kecil seperti kawat, lempeng baja, almunium, dan sebagainya. Kegunaan utama micrometer ialah untuk mengukur besaran panjang dengan presisi lebih.
3. Cara Menggunakan/Mengukur :
a.       Buka pengunci micrometer setelah itu buka celah antara spindle dan anvil sedikit lebih    besar dari benda yang akan diukur caranya dengan putar rachet knob.
b.      Masukkan benda yang akan diukur diantara spindle dan anvil.
c.       Gerakkan spindle ke arah benda kerja caranya dengan putar rachet knob sampai terdengan klik (jangan terlalu kuat, cukup sampai benda tidak jatuh).
d.      Kunci micrometer agar spindle tidak bergerak.
e.       Keluarkan benda dari mikrometer dan baca skalanya.
4. Tingkat Ketelitian :
Tingkat ketelitan micrometer yaitu 0,01 mm.
5. Cara Membaca Skala dan Hasil :
a.       Posisikan micrometer tegak lurus terhadap arah pandangan.
b.      Baca skala utama pada micrometer (garis bagian atas menunjukkan angka bulat dalam    satuan mm, sedangkan garis bawah menunjukkan bilangan setengah dalam satuan mm).
c.       Baca skala nonius yakni garis yang tepat segaris dengan garis pembagi pada skala utama (50 bagian). Setelah itu hasilnya kalikan dengan ketelitian dari mikrometer, hasilnya adalah skala nonius.
d.      Jumlahkan hasil pengukuran dari skala utama dengan skala noniusnya. Jarak strip di atas garis pada outer sleeve yaitu 1 mm, dan jarak strip di bawah garis yaitu 0.05 mm, Sedangkan nilai satu strip pada thimble adalah 0.01 mm. Nilai hasil ukur ialah jumlah pembacaan ketiga skala tersebut.
6. Bagian-bagian :
·      Poros Tetap (Anvil)
·      Poros Geser (Spindle)
·      Pengunci (Lock Clamp)
·      Rangka/bingkai (Frame)
·      Skala utama (Sleeve)
·      Skala nonius (Thimble)
·      Pemutar
·      Rachet
7. Nama Lain :
Micrometer Caliper.
8. Jenis-jenis :
Micrometer Luar berguna untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang. Micrometer dalam berguna untuk mengukur garis tengah pada lubang suatu benda. Micrometer kedalaman berguna untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.
9. Cara Merawat:
Setelah digunakan, bersihkanlah permukaan pengukuran dan bagian-bagian lainnya, dan gunakan bahan anti korosi. Jika tidak digunakan (sesudah pemakaian) Mikrometer sebaiknya disimpan dalam sebuah peti kayu. Tempat penyimpanan sebaiknya bebas dari getaran, sinar matahari langsung dan fluktuasi temperatur.
10. Skala utama / Skala nonius :
a. Skala utama :
Skala micrometer sekrup ini tiap satuannya sama dengan 1 mm, ditengah-tengah angka skala tersebut ada angka tengahnya.
Angka skala atas : 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
Angka skala bawah : 0.5, 1.5, 2.5, dan seterusnya.
b. Skala nonius :
Pada skala putar terdapat angka 1 sampai 5 (kelipatan 5). Tiap skala ini berputar mundur 1 kali maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 0,5/50 =0,01 mm.

2.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Bevel Protractor
     Bevel Protractor atau Alat Ukur Busur Bilah. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur besaran-besaran sudut pada benda kerja dan untuk membantu pekerjaan melukis dan menandai. Protractor dibuat dengan beberapa bentuk, sesuai dengan jenis kegunaannya dan tingkat ketelitiannya. Batas ukur dari protractor adalah dari 0 derajat sampai 180 derajat.
Gambar 1.4 Bevel protektor
2. Bagian-bagian Busur Bilah
Bagian – bagian utama pada busur bilah adalah sebagai beriukut :
a.    Badan atau piringan dasar
Berupa lingkarang penuh dengan diameter sekitar 55 mm. Permukaan bawah piringan dasar ini rata, sehingga busur bilah dapat diletakan pada meja rata dengan baik tak bergoyang. Pada tepi permukaan atas terdapat skala dengan pembagian dalam derajat dan diberi nomor dari 00 – 900 – 00 – 900 (skala kiri dan kanan),
b.    Pelat dasar
Menyatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan tebal pelat dasar sekitar 90 x 15 x 7 mm. Sisi kerja pelat dasar dibuat rata dan lurus, dengan toleransi kerataan 0.01 mm untuk sepanjang sisi kerja.
c.    Piringan indeks
Mempunyai titik pusat putaran berimpit dengan pusat piringan dasar. Pada piringan ini tercantum garis indeks dan skala nonius sudut (skala nonius kiri dan kanan), biasanya dengan kecermatan sampai 5 menit. Kadang dilengkapi dengan pemutar halus atau cermat.
d.   Bilah utama
Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang terletak pada piringan indeks. Panjang, lebar dan tebal dari bilah utama, sekitar 150/300 x 13 x 2 mm, dan kedua ujungnya dibuat menyudut masing – masing sebesar 450 dan 600. Kedua tepi dibuat lurus dengan toleransi kerataan sebesar 0.02 sampai 0.03 mm untuk seluruh panjangnya
3. Kapasitas ukur dan ketelitian
Alat ukur merupakan pegembangan dari busur derajat(protactor) dengan dua bilah lengan (balade) yang dapat berputar. Alat ini serring digunakan pada pekerjaan manufaktur, khususnya untuk mengukur sudut dengan ketelitaian hingga 5 menit.
1 divisi skala utama     = 1
1 divisi skala nonius    = 5’ menit =5’ (menit)
4. Cara Pembacaan Alat Ukur Busur Bilah (Bevel Protractor)  
Prinsip  pembacaannya  sebetulnya  tidak  jauh  berbeda  dengan prinsip pembacaan mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap garis skala utama.
Sebagai contoh lihat Gambar 3.4. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut sebesar 50° 55’ (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah  kiri  garis  nol:  11  x  5  menit  =  55  menit).  Jadi,  keseluruhan pembacaannya  adalah  50  derajat  ditambah  55  menit =  56 derajat  55 menit (50° 55’).
Gambar 1.5 Mistar Ingsut Ketinggian
BAB III
TAHAPAN PRAKTIKUM

3.1 Skema Proses
3.1.1 Jangka Sorong
1. Persiapan alat ukur
2. Pengukuran Jangka Sorong Nonius
3. Pengukuran jangka Sorong Jam
4. Kalibrasi alat ukur dengan pisau lurus
5. Kalibrasi alat ukur dengan Blok Ukur
3.1.2 Mikrometer
1.    Menghitung diameter maksimum dan minimum menurut toleransinya.
2.    Melakukan pengukuran diameter poros ( a s/d i)
3.    Mengkalibrasi micrometer.
3.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1.    Pengukuran sudut menggunakan Bevel Protektor
2.    Pengukuran krtinggian menggunakan mistar ingsut ketinggian (height gauge).

3.2 Penjelasan Skema Proses
3.1.1. Jangka Sorong
1. Pengukuran
Melakukan pengukuran pada benda ukur seperti pada gambar 1.1, dengan menggunakan :
-          Jangka sorong nonius.
-          Jangka sorong jam.
Menulis data hasil pengukuran kedalam table 1.1
2. Kalibrasi
 A. Pemeriksaan kelurusan sensor.
      Pemeriksaan kelurusan sensor dilakukan dengan menggunakan pisau lurus (starigtht knife). Menempelkan pisau lurus pada sensor ukur dengan latar belakang yang terang. Mengamati kerusakan dengan melihat celah yang ada antara pisau lurus dan sensor ukur. Menggambar hasil pengamatan pada table 2.2
B. skala Memeriksa kebenaran utama
Sebelum melakukan kalibrasi terlebih dahulu mengisi kolom toleransi dari blok ukur. Blok ukur yang digunakan adalah dari kelas ……… Dengan toleransi ….
      Memeriksa kebenaran skala utama dengan menggunakan blok ukur dan mencatat penyimpangannya. Kalibrasi ini dilakukan untuk semua sensor ukur yang ada pada mistar ingsut tersebut (melihat gambar 1.2)
a.       Mengkalibrasi sensor ukur luar (o), dengan menggunakan blok ukur standar.
b.      Mengkalibrasi sensor ukur dalam (i), dengan blok ukur standar yang dilengkapi dengan pemegang blok ukur.
c.       Mengkalibrasi (d), dengan blok ukur diatas meja rata.
Mengisikan hasil kalibrasi pada table 1.3 dan memplot grafik kesalahannya pada grafik kesalahan.

3.1.2. Mikrometer
1. Menghitung diameter maksimum dan minimum menurut toleransinya, kemudian memasukkannya kedalam kolom yang tersedia.
         Pada saat pengukuran menggunakan micrometer pada benda kerja, alat dipegang dan digunakan sesuai caranya dengan baik agar hasil yang didapat menunjukan angka wajar. Pada posisi a, b, c, d, h dan i menggunakan micrometer 0-25 mm. dan pada posisi e, f, dan g menggunakan micrometer 25-50 mm.
2. Melakukan pengukuran diameter poros ( s/d i) memberi tanda silang pada posisi 1 dan 2 bila hasil pengukuran keluar dari daerah toleransi
3. Mengkalibrasi micrometer :
a.    Memeriksa kedudukan nol dari micrometer. Merapatkan sensor micrometer sampai jam ukur menunjukan nol. Melihat skala ukur, apabila skala micrometer tidak menunjukan angka nol lalu melakukan penyetelan dengan memutar silinder skala.
b.    Memeriksa kedataran kedua permukaan sensor (mulut ukur). Menempelkan optical flat pada mulut ukur ( berhati-hati dalam pemakaian optical flat agar tidak sampai permukaannya tergores). Mendekatkan pada sumber cahaya monokromatis. Menghitung jumlah garis-garis interferensi menandakan ketidak dataran dari mulut ukur. Pemeriksaan ini dilakuan untuk kedua mulut ukur (landasan tetap dan landasan gerak).
c.    Memeriksa kesejajaran mulut ukur Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan 4 buah optical flat dengan ukuran 12,00 mm s/d 12,37 mm. Menyelipkan optikal flat diantara kedua sensor secara perlahan (agart tidak tergores permukaan optical flat).
d.   Memeriksa kebenaran skala micrometer dengan bantuan blok ukur. Untuk memeriksa kebenaran skala micrometer ini seharusnya kalibrasi dilakukan bagi sepanjang apasitas ukur dari mirometer. Dalam praktikum ini hanya melakukannya antara skala 10,00 mm s/d 20,00 mm (atau ditentukan oleh asisten, sepanjang 10 mm). memasang mkrometer pada dudukannya, atau blok ukur sesuai dengan ketinggian yang diminta (kenaikan 1 mm). mengukur tebal dari benda ukur secara berurutan.
 3.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut          
Saat pengukuran sudut menggunakan Bevel Protector, apabila objek di ukur dari arah kiri maka 90 derajat setelahnya bertambah 10 derajat. Apabila diukur dari kanan maka deajatnyapun bertambah dihitung dari kanan. Menit yang dihitung dari nol, segaris berjumlah 5 menit. Berlaku dari arah kanan maupun kiri. Pada saat pengukuran ketinggian menggunakan mistar ingsut ketinggian dengan skala 0.02, objek diukur sesuai dimensinya dan pada posisi yang berbeda.
1. Pengukuran sudut.
Mengukur sudut a,b,c dan d dengan menggunakan bevel protector. Menjumlahkan ke empat harga sudut yang terukur kemudian membandikan dengan harga teoritis (360˚).
     2. Pengukuran ketinggian.
a.       Untuk melatih penggunaan mistar ingsut ketinggian, mengukur dimensi a sepuluh kali pada tempat yang berbeda. Kemudian menghitung harga rata-rata dan standar deviasinya.
b.      Mengukur dimensi a,b,c,d,e dan f pada dua sisi yang berbeda. Memeriksa kecermatan pengukkuran yang dilakukan dengan cara membandingkan harga a dengan (d+e). apakah kesalahannya tidak meleihi dua kali harga deviasi standar yang dihitung datas.




BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Praktikum
4.1.2 Jangka Sorong
Gambar 1.6 Benda kerja


Objek ukur
  Pengamat B
J.S Nonius
J.S Jam


Diameter
D1
7.30
10.23
D2
7.40
10.15
Panjang
L1
57.50
59.75
L2
47.50
49.70
L3
57.54
59.90
A
17.80
19.95
B
17.82
19.92
Lebar
B1
54.68
57.26
B2
54.60
57.35
E
20.30
23.90
F
20.04
24.15
Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Jangka sorong
Gambar 1.7 Benda kerja 2




Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Objek ukur
Pengamat B
J.S Nonius
J.S Jam
Diameter
D
20
20.10


Panjang
B1
60.24
60.37
B3
59.72
60.68
A
12.70
12.60
B
27.12
27.30
L2
59.82
59.85


Lebar
L1
44.84
44.70
L3
44.70
44.68
E
16.88
16.88
F
8.10
7.98
B2
44.80
44.76


Gambar 1.8 Bagian-bagian Mistar ingsut yang diukur

Gambar 1.9 Cara memeriksa kelurusan sensor


Tabel 1.2 Kalibrasi Dengan pisau ukur
Sisi Ukur
Pengamat B
L
Lurus
R
Lurus

Tabel 1.3 Hasil Kalibrasi Dengan Blok Ukur

Tinggi Blok Ukur (mm)
Toleransi Mistar Ingsut (µm)
Hasil Pengukuran
Pengamat B
i
o
d
0

0
0
0
5
5
4.86
5
4.10
10
10
9.72
10
10
15
15
14.84
15
14.20
20
20
19.90
20
20
25
25
24.30
25
25.42



Gambar 2.1 Grafik Kesalahan Skala Utama mistar Ingsut




4.1.2 Mikrometer

Gambar 2.2 Penggunaan Mikrometer

Tabel 2.1 Penggunaan Mikrometer
Diameter
Toleransi
Pengamat B
Maks
Min
Posisi l
Posisi ll
a
0
0
15.354
15.435
b
0
0
15496
16.001
c
0
0
24.346
24.373
d
0
0
24.345
24.347
e
0
0
43.453
43.464
f
0
0
43.422
43.428
g
0
0
43.453
43.433
h
0
0
23.280
23.261
i
0
0
23.248
23.272




Gambar 2.3 Penggunaan mikrometer 2

Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Mikrometer

Diameter
Toleransi
Pemngamat B
Maks
Min
Posisi I
Posisi II
a
0
0
20.085
20.236
b
0
0
20.246
20.278
c
0
0
30.421
30.004
e
0
0
30.001
30.382
f
0
0
18.338
18.208
g
0
0
18.237
18.222
h
0
0
12.418
12.112
i
0
0
12.388
12.408
j
0
0
23.457
23.159
k
0
0
23.426
23.056
l
0
0
29.214
29.257
m
0
0
29.064
29.195
n
0
0
18.496
18.023
o
0
0
18.452
18.486


Tabel 2.2 Kalibrasi Mikrometer
Object

Hasil Pengukuran Pengamat B
Kedudukan nol
Kedataran mulut ukur
Sensor tetap

6 x 0.32
Harga = 1.92 (µm)
Sensor gerak



4 x 0.32
Harga = 1.28 (µm)
Kesejajaran mulut ukur
Ukuran optical flat
Jumlah garis interferensi
Ketidak sejajaran (µm)
Landasan tetap
Landasan gerak

25.00
4x0.32=1.28
3x0.32=0.96
1.28-0.96=0.32

25.12
5x0.32=1.6
4x0.32=1.28
1.6-1.28=0.32

25.25
4x0.32=0.96
4x0.32=1.28
1.28-1.28=0

25.37
5x0.32=1.6
5x0.32=1.6
1.6-1.6=0


Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Kebenaran Skala Utama Mikrometer

No.
Ukuran Blok
Blok Ukur
Kesalahan
1
50
50.437
0.437
2
28
28.408
0.408
3
18
18.377
0.377
4
9
9.394
0.394
5
11
11.417
0.417
6
7.40
7.319
0.081
7
21.20
33.415
0.015
8
33
25.138
0.415
9
25.20
21.185
0.062
10
14
14.390
0.390

Gambar 2.4 Grafik Kesalahan Kisar komulatif



Catatan : Sumbu x, posisi blok ukur
               Sumbu y, penyimpangan (µm)






4.1.3 Bevel Protektor dan Mistar Ingsut

Gambar 2.5 Benda Kerja Pengukuran Sudut



Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Sudut
Objek Ukur
Pengamat B
Nonius
Sudut : a.
            b.
            c.
            d.
7025’
7925’
1015’
11020’
Jumlah
36115’
Teoritis
360
Kesalahan
115’
Sudut
4
E = 180 – (a+b)
3150’
E = (d+c) - 180
3125’
Selisih
0⁰25’



Gambar 2.6 Benda Kerja Pengukuran Sudut 2



Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Sudut (Bevel Protector)
Objek Ukur
Pengamat B
Nonius
Sudut : a.
            b.
            c.
            d.
            e.
            f.             
12115’
7530’
10325’
6245’
1430’
3440’
Jumlah
36255’
Teoritis
360
Kesalahan
255’
Sudut
4
E = 180 – (a+b)
1725’
E = (d+c) - 180
1305’
Selisih
420’


Gambar 2.7 Benda Kerja Pengukuran Ketinggian


Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Ketinggian
Pengukuran Ketinggian (dimensi)

Pengamat B

Ketelitian mampu ulang Dimensi a diukur 10 kali
57.00
56.00
56.62
56.30
56.56
56.68
56.58
56.72
56.48
56.82
Rata - rata
56.576
Deviasi standar
0.276

posisi 1
posisi 2
a
57.00
56.52
b
74.62
75.74
c
32.66
32.72
d
23.64
23.44
e
33.36
33.08
f
10.46
10.50
d+e
57.00
56.52
a-d+e
0
0

Gambar 2.8  Benda kerja pengukuran ketinggian 2


Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Keinggian (high gauge)
Pengukuran Ketinggian (dimensi)

Pengamat B

Ketelitian mampu ulang Dimensi a diukur 10 kali
85.12
85.18
85.20
85.16
85.22
85.38
85.20
85.16
85.10
85.08
Rata - rata
85.18
Deviasi standar
0.0837

posisi 1
posisi 2
a
85.10
85.14
b
55.00
53.70
c
69.02
69.22
d
15.90
15.78
e
26.90
26.70
f
13.30
14.44
g
24.60
24.68
h
21.70
21.60
i
20.80
20.40
j
16.28
16.50
d+e
42.08
42.28
a-d+e
96.1
96.06

4.2 Pembahasan
4.2.1 Jangka Sorong
       Dari data di atas dapat di ketahui bahwa setiap orang dalam proses mengukur memiliki kemampuan yang berbeda. Bisa di lihat dari grafik yang terbentuk. Hasil tersebut merupakan hasil dari pengukuran dari benda yang sama alat yang sama juga tetapi masih ada kesalahan yang cukup besar. Perbedaan tersebut bisa terjadi akibat pengukur sendiri. Perbedaan hasil tersebut juga bisa terjadi karena lampu penerangan kurang terang menyala, sehingga mengganggu terhadap pembacaan skala.
       Perbedaan yang terjadi setiap alat ukur, itu di karenakan ketelitian jangka sorong yang berbeda-beda. Pada jam ukur ketelitian 0,05 mm sedangkan pada skala nonius ketelitian  mencapai 0,02 mm sehingga kemungkinan hasil untuk perbedaan sangat tinggi. Pengukuran mendapatkan hasil yang berbeda juga bisa di sebabkan karena alat ukur sudah aus dan sudah tidak layak di gunakan.
       Pengukuran berbeda juga bisa berpengaruh karena saat menekan menggunakan rahang bawah terlalu menekan sehingga hasilnya kurang maksimal. Bisa jadi saat pengukuran tekanan terlalu tinggi maka rahang jangka sorong akan bengkok dan aus.
Penyimpangan = Kesalahan Maksimum – Kesalahan Minimum
                = 0 – 0
                = 0
Toleransi Mistar Ingsut yang dianjurkan (DIN 862)
·            Kecermatan 1/10 mm = 75 + I/20 (µm)
·            Kecermatan 1/20 mm = 50 + I/20 (µm)
·            Kecermatan 1/50 mm = 20 + I/20 (µm)
Dimana I = kapasitas Mistar Ingsut.
Toleransi Mistar Ingsut yang dipakai = 0.02 µm

4.2.1 Mikrometer
Pada saat penghitungan diameter benda dengan alat ukur micrometer, hasil yang didapat pada posisi 1 dengan posisi 2 sedikit berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh penguncian micrometer saat pengukuran sangat berlebihan sehingga penekanan dalam pengukuran sedikit tergelincir.
Pengkalibrasian alat ukur menggunakan optical Flat sangatlah efektif, karena hasil yang didapat menunjukan garis pelangi warna merah. Pada sensor tetap menghasilkan 6 garis dan pada sensor gerak menghasilkan 4 garis. Setelah mendapatkan angka dari banyaknya garis yang muncul maka dikalikan dengan 0.32 untuk mendapatkan harga pada kedataran mulut ukur.

Pada hasil pengamatan yang dilakukan, setelah melakukan kebenaran alat ukur hasilnya berbeda. Kesalahan yang dihasilkan hanya sedikit saja. Hal ini bisa dilihat dari grafik kesalahan kisar komulatif.
Pada hasil kalibrasi alat ukur, pada sensor muncul  garis berwarna merah kemudian dikali 0.32. 0.32 ini dapat di ketahui dari rumus sebagai berikut :
P= .n   →  
          Pada grafik kesalahan kisar komulatif makan dapat dihasilkan :
Kesalahan total dari Mikrometer untuk range 7.40 s/d 50 mm
 adalah (219.48 – 216.8) = 2.68 (µm)

4.2.1 Bevel Protector dan Mistar Ingsut ketinggian
1. Bevel Protector
E1 = 180-(a+b)
              = 180-(7025’+7925’)
               = 3150’
 E2  = (d+c)-180
        = (11020’+10105’)
         = 3125’

Jumlah kesalahan dari pengukuran benda kerja 1 adalah 115’. Hal ini adanya kemungkinan dari pengamat yang kurang teliti saat mengukur, sehingga selisih yang didapat dari pengukuran benda 1 adalah 025’.
E1 = (a+b)-180
             = (12115’+7530’)-180
              = 1725’
E2 = (d+c)-180
     = (6245’+10325’)
     = 1305’
Sedangkan kesalahan pada benda kerja 2 adalah 255’. Hal ini adanya kemungkinan dari pengamat yang kurang teliti saat mengukur, sehingga selisih yang didapat dari pengukuran benda 2 adalah 4⁰20’.
2. Mistar ingsut ketinggian
A. Pehitungan pada benda kerja 1
Rata rata (ẍ )=
         =
       =  = 56.576
Kuadrat =
              =         
Varian   =     
=
=  
= 0.07693
Deviasi Standar   =  
=  0.276

B. Pehitungan pada benda kerja 2
Rata rata (ẍ )=
=
=  = 85.18
Kuadrat =
              =
Varian  =                         
   =
                       =  
= 0.007022
Deviasi Standar    =  
=  0.0837





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum yang di laksanakan adalah sebagai berikut:
A. Jangka Sorong
1.      Melalui praktikum Kalibrasi dan penggunaan Mistar Ingsut, mahasiswa dapat memahami cara penggunaan  mistar ingsut jenis nonius, jam ukur dan mistar ingsut digital.
2.      Pengkalibrasian Mistar ingsut sangat mudah di lakukan, kecuali pengkalibrasian Mistar ingsut jenis nonius.

B. Mikrometer
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum Penggunaan dan kalibrasi mikrometer adalah sebagai berikut:
1.    Penggunaan mikrometer sangatlah dibutuhkan dalam dunia Industri karena untuk mendapatkan ukuran yang mempunyai ketelitian sebesar 0,01 mm. Sayangnya pengukuran menggunakan micrometer terbatas ukuran yang mampu di ukur menggunakan alat ini antara 0-25 mm, 25-50 mm, dan 50-75 mm. Hanya bisa melakukan pengukuran dengan benda yang berukuran kecil. Hasil pengukuran Benda yang sama pada titik tertentu bisa menghasilkan hasil yang berbeda jika dilakukan oleh dua orang yang berbeda.
2.    Pengkalibrasian mikrometer berguna untuk membuat benda memiliki ketelitian yang tinggi. Karena dalam dunia pemesinan ketelitian yang tinggi sangat di perlukan.

C. Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
1. Bevel Protractor (busur derajat) adalah sebuah alat yang bisa digunakan untuk mengukur dan membentuk sudut. Protractor sederhana biasanya berupa cakram separuh dan alat ini sudah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu dalam ilmu geometri
2. Mistar Ingsut Ketinggian(height gauge)
Kegunaan :
Digunakan sebagai pengukur ketinggian, mistar ini juga sering disebut mistar ingsut ketinggian atau kaliber tinggi.

5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanankan penulis memberikan saran sebagai berikut:
A. Jangka Sorong
1.    Sebelum melakukan praktikum sehendaknya dipastikan alat yang akan di gunakan dalam kondisi baik atau tidak.
2.    Ketelitian sebuah mistar ingsut yang akan di gunakan harus dilihat dan di pahami maksud dari ketelitian alat tersebut.
Dalam proses praktikum seharusnya mengikuti prosedur yang ada.

B. Mikrometer
Saran  yang dapat diberikan untuk praktikum penggunaan dan kalibrasi mikrometer  adalah sebagai berikut:
1.    Pengukuran harus dilakukan lebih cepat, karena pengukuran yang dilakukan memakan waktu yang lama.
2.    Pengukuran seharusnya dilakukan pada benda yang berdiameter kecil, sehingga lebih efektif waktu.
Pencataan hasil pengukuran seharusnya dilakukan orang yang berbeda agar hasil pengukuran yang di catat tidak terjadi kesalahan

C. Bevel Protektor dan Mistar Ingsut
Pada saat praktikum menggunakan alat mistar ingsut ketinggian, pada bahan yang diteliti tidak sejajar karena pemotongan dan pembuatan bahan tersebut kurang teliti. Hal ini membuat praktikan kesulitan untuk menentukan posisi awal untuk mengukur benda tersebut. Untuk selanjutnya, praktikan meminta agar hal ini tidak terjadi kembali dimasa mendatang, dimana mahasiswa baru akan melaksanakan praktikum juga.
DAFTAR PUSTAKA
1.    http://alatukur.web.id/jangka-sorong-pengertian-dan-cara-kerjanya/ diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 19:53

2.    https://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong   diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 20:05
3. http://faishal-mukhlish.blogspot.co.id/2014/06/alat-ukur.html diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 20:40
5. http://alatukur.web.id/micrometer-pengertian-dan-cara-menggunakannya/ diakses pada tanggal 23 Desember 2016 pukul 19:44 WIB
6.https://www.academia.edu/12518672/Laporan_Akhir_Metrologi_Industri_2014_2015 Diakses pada tanggal 01 Januari 2017 pukul 17:29 WIB
7. http://ilmuteknik.com/teknik-mesin/bevel-protractor.html/  diakses pada tanggal 23     Desember 2016 pukul 20:26
8. https://id.wikipedia.org/wiki/Protractor diakses pada tanggal 01 Januari 2017 pukul 20:40 WIB
9. http://webdiverg3.blogspot.co.id/2012/03/jenis-jenis-alat-ukur.html diakses pada tanggal 01 Januari 2017 pukul 20:43 WIB
LAMPIRAN
Pertanyaan :
1.      Adakah perbedaan antara hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong nonius dengan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong jam/jelaskan ?
Jawab:
              Pada saat pengukuran nonius dan jam itu ada perbedaan dikarenakan skala ketelitian yang berbeda
2.      Apakah A + D2+B=L2  Dan E+D2+F= B2
 17.80+7.40+17.82= 43.02 Dan 20.30+7.40+20.04=47.74
Jawab : Ada perbedaan dari hasil pejumlahannya dikarenakan ketidak rataan benda kerja, penempatan alat ukur kurang tepat, dan kesalahan dalam pengukuran (human error)
3.      (Kalibrsi jangka sorong ) apakah pengaruh ketidak lurusan batang utama pada hasil pengukuran ? Jelaskan
Jawaban : pengaruh ketidak lurusan batang utama sangat berpengaruh karena ketelitian dan kecermatan menjadi berubah.








Foto-foto saat Praktikum                                                                           Pengukuran dengan jangka sorong jam   Pengukuran dengan jangka sorong nonius


                
Objek yang diteliti                                     jangka sorong nonius dan jangka sorong jam
Pengukuran menggunakan micrometer 
      
                                              mengkalibrasi alat ukur dengan optical flat       
WP_20161221_015
Alat Alat Ukur Mikrometer 0-25 mm dan 25-50 mm


Pengukuran menggunakan mistar ingsut ketinggian
                                                                             
Pengukuran sedut menggunakan Bevel protector



Previous
Next Post »